Pengalaman Operasi pakai kartu ASKES, dari puskesmas ke RS Al Islam Bandung
Tulisan ini agak berbeda dengan tulisan-tulisan saya sebelumnya yang bersifat ceria karena ngobrolin tentang tempat-tempat liburan. Cuma mungkin bisa bermanfaat bagi yang membutuhkan.
Sejarah benjolan
Saya memiliki benjolan di bagian rahang, yang dulunya berawal dari jerawat yang berubah menjadi luka terbuka. Lukanya tidak besar, dan tidak butuh waktu lama untuk sembuh. Tetapi setelah itu malah muncul benjolan. Benjolan yang terlihat seperti pembuluh darah yang membesar.
Dari hasil nanya-nanya teman-teman yang berprofesi dokter, mereka bilang itu suatu lipoma atau gumpalan lemak dan menyuruhku untuk mengangkatnya. Dan akhirnya kucuekin saja karena setelah kubaca-baca lewat internet, gumpalan itu tidak berbahaya hanya mengganggu penampilan saja.
Tapi akhir-akhir ini setelah badanku membesar (gendut, hehe), sehingga leherku mulai double hehe. Benjolan itu semakin tampak terlihat jelas, sehingga membuat khawatir orang-orang disekitarku (dan aku juga). Lama-lama akhirnya aku pasrah juga, mencoba untuk memeriksakan ke dokter.
Dokter pertama yang kudatangi, dokter spesialis THT, karena berpikirian urusan leher ke atas, itu urusan spesialis THT (bedah kepala leher). Dokter bilang benjolan itu sebaiknya di biopsi, dan hasilnya dibawa ke laboratorium Patologi Anatomi untuk diperiksa apakah ada keganasan atau tidak.
Wah.. malah jadi parno.
Prosedur menggunakan ASKES (1): RSUD Ujungberung
Istri yang seorang PNS menyarankan untuk menggunakan fasilitas ASKES Negri, siapa tau bisa menghembat biaya. Karena buta prosedur ASKES, akhirnya coba-coba aja langsung ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD Ujungberung, Bandung) yang terdekat dari rumahku. Tujuannya ke dokter umum untuk meminta surat rujukan ke Poli Bedah.
Datang pagi-pagi, jam 07.00, ternyata yang antri sudah banyak, dan kondisi ruang tunggunya pun menyedihkan, mungkin karena masih dalam proses renovasi. Saya pun ambil nomor antrian untuk peserta ASKES. Setelah menunggu sekitar satu jam, no antrianku pun dipanggil.
Di meja customer service, aku pun menyerahkan no antrian dan kartu peserta ASKES.
"Bapak mau periksa apa?" tanya CS
"Mau ke POLI umum mbak"
"Kalau ke poli umum, tidak usah pake askes, langsung saja pak" jawab CS yang kurang ramah itu.
"Saya mau minta surat rujukan untuk operasi mbak"
"Oh, kalau itu bapak mestinya minta surat rujukan ke PUSKESMAS dulu baru ke sini" jawabnya ketus.
Setelah menanyakan puskesmas yang dimaksud, si CS menyebutkan tergantung kepesertaan ASKES kita dulu didaftarkan dimana. Karena sudah males ngobrol dengan CS yang nyebelin, akhirnya saya pun melanjutkan perjuangan ke Puskesmas.
Prosedur menggunakan ASKES (2): PUSKESMAS Puter, Bandung
Ingat bahwa dulu pas daftar Askes, kemungkinan pakai KTP di daerah Puter, maka saya dan istri langsung pergi ke Puskesmas Puter. Nanya ke bagian informasi, untuk peserta askes ataupun minta rujukan, disuruh langsung daftar ke lantai 2 bagian pendaftaran.
Berbeda dengan CS RSUD Ujungberung yang judes, bapak-bapak yang nanganin Askes di Puskesmas Puter, lebih ramah.
"Pak, kartu Askes bapak sebenarnya tidak terdaftar di Puskesmas sini, tapi kalau mau, untuk sementara bapak bisa periksa disini dulu, sambil bapak nanti menguruskan pemindahannya." sarannya.
Setelah ok, saya diperbolehkan untuk ngantri di dokter umum di Puskesmas tersebut.
Tidak lama kemudian saya diperiksa oleh dokter, dari hasil diagnosanya, benjolan yang ada di saya adalah Kista Ateroma, dan dirujuk ke Poli Bedah RS Al Islam.
Surat Rujukan tersebut di stempel oleh petugas Askes Puskesmas. Surat rujukan ini sangat penting sekali untuk pengurusan selanjutnya.
Prosedur menggunakan ASKES (3): RS Al Islam, Bandung
Sesampainya di RS AL ISLAM, dan sesudah tanya-tanya ke satpam, saya menuju ke Kassa A yang terletak paling depan. Di Kassa A, saya ambil no antrian untuk peserta Askes.
Di Kassa A, saya menyerahkan surat rujukan dan kartu peserta Askes. Disana kemudian dibuatkan dulu kartu berobat (karena saya pasien baru), bayar uang pendaftaran dan biaya Poli UGD.
Untuk Biaya Pendaftaran : Rp. 30.000
Untuk Biaya Rawat Jalan /Pemeriksaan Poli Bedah : Rp. 50.000, dipotong jaminan Askes Rp. 13.000 dan Diskon : Rp. 12.000,. Sehingga yang dibayarkan hanya 25.000
Biaya tersebut berlaku tanggal 10 oktober 2013.
Setelah itu diperiksa oleh dokter bedah umum yaitu dr. Warsita, SpB.
Hasil diagnosa dokter bedah, kurang lebih sama, dan tentu saja beliau menyarankan untuk diangkat. Ada dua pilihan, yaitu bius local atau bius total. Saya memilih bius total karena ngeri ngebayangin disuntik berkali-kali dan melihat dokter bekerja membedah dan mengangkat benjolan itu.
Konsekuensinya kalau bius total adalah biaya operasi yang lebih mahal, sekitar 6,4 juta sementara kalau bius lokal sekitar 1,5-2 juta. Walaupun bius total, saya mengambil ODS (one day surgery) jadi bisa pulang hari itu juga, tidak usah dirawat inap.
Dokter menuliskan surat rujukan untuk operasi, pengujian lab, rontgen dan EKG. Surat-surat itu, kemudian saya bawa ke petugas Askes untuk dibuatkan Surat Jaminan Perawatan (SJP).
SJP tersebut diberikan dulu ke Askes Centre untuk di approve, kemudian diserahkan ke masing-masing bagian di RS Al Islam, mulai dari laboratorium, radiologi dan petugas EKG.
Potongan ASKES tidak banyak, mungkin berkisar sekitar 30-50% dari biaya yang dikeluarkan untuk pengujian lab dan rontgen. Sementara untuk biaya operasi, Askes hanya menanggung Rp. 2 juta rupiah, sisanya kita rogoh dari kantong sendiri.
SJP untuk operasi dibawa ke bagian pendaftaran poli bedah (Kassa C). Disana kita diwajibkan untuk menyimpan dana 50% dari total dana 6,4 juta.
Selama pengurusan SJP dan bolak-balik Kassa A, kassa B, Kassa C, Bagian Lab, EKG, dan Rontgen. Semuanya berdasarkan arahan dari suster/perawat.
Setelah semua selesai, tinggal bagian yang paling menegangkan (setelah bagian pembayaran, hehe), yaitu Operasi dengan Bius Total.
Bersambung ke Pengalaman Operasi Kista dengan Bius Total di RS Al Islam
Sejarah benjolan
Saya memiliki benjolan di bagian rahang, yang dulunya berawal dari jerawat yang berubah menjadi luka terbuka. Lukanya tidak besar, dan tidak butuh waktu lama untuk sembuh. Tetapi setelah itu malah muncul benjolan. Benjolan yang terlihat seperti pembuluh darah yang membesar.
Dari hasil nanya-nanya teman-teman yang berprofesi dokter, mereka bilang itu suatu lipoma atau gumpalan lemak dan menyuruhku untuk mengangkatnya. Dan akhirnya kucuekin saja karena setelah kubaca-baca lewat internet, gumpalan itu tidak berbahaya hanya mengganggu penampilan saja.
Tapi akhir-akhir ini setelah badanku membesar (gendut, hehe), sehingga leherku mulai double hehe. Benjolan itu semakin tampak terlihat jelas, sehingga membuat khawatir orang-orang disekitarku (dan aku juga). Lama-lama akhirnya aku pasrah juga, mencoba untuk memeriksakan ke dokter.
Dokter pertama yang kudatangi, dokter spesialis THT, karena berpikirian urusan leher ke atas, itu urusan spesialis THT (bedah kepala leher). Dokter bilang benjolan itu sebaiknya di biopsi, dan hasilnya dibawa ke laboratorium Patologi Anatomi untuk diperiksa apakah ada keganasan atau tidak.
Wah.. malah jadi parno.
Prosedur menggunakan ASKES (1): RSUD Ujungberung
Istri yang seorang PNS menyarankan untuk menggunakan fasilitas ASKES Negri, siapa tau bisa menghembat biaya. Karena buta prosedur ASKES, akhirnya coba-coba aja langsung ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD Ujungberung, Bandung) yang terdekat dari rumahku. Tujuannya ke dokter umum untuk meminta surat rujukan ke Poli Bedah.
Datang pagi-pagi, jam 07.00, ternyata yang antri sudah banyak, dan kondisi ruang tunggunya pun menyedihkan, mungkin karena masih dalam proses renovasi. Saya pun ambil nomor antrian untuk peserta ASKES. Setelah menunggu sekitar satu jam, no antrianku pun dipanggil.
Di meja customer service, aku pun menyerahkan no antrian dan kartu peserta ASKES.
"Bapak mau periksa apa?" tanya CS
"Mau ke POLI umum mbak"
"Kalau ke poli umum, tidak usah pake askes, langsung saja pak" jawab CS yang kurang ramah itu.
"Saya mau minta surat rujukan untuk operasi mbak"
"Oh, kalau itu bapak mestinya minta surat rujukan ke PUSKESMAS dulu baru ke sini" jawabnya ketus.
Setelah menanyakan puskesmas yang dimaksud, si CS menyebutkan tergantung kepesertaan ASKES kita dulu didaftarkan dimana. Karena sudah males ngobrol dengan CS yang nyebelin, akhirnya saya pun melanjutkan perjuangan ke Puskesmas.
Prosedur menggunakan ASKES (2): PUSKESMAS Puter, Bandung
Ingat bahwa dulu pas daftar Askes, kemungkinan pakai KTP di daerah Puter, maka saya dan istri langsung pergi ke Puskesmas Puter. Nanya ke bagian informasi, untuk peserta askes ataupun minta rujukan, disuruh langsung daftar ke lantai 2 bagian pendaftaran.
Berbeda dengan CS RSUD Ujungberung yang judes, bapak-bapak yang nanganin Askes di Puskesmas Puter, lebih ramah.
"Pak, kartu Askes bapak sebenarnya tidak terdaftar di Puskesmas sini, tapi kalau mau, untuk sementara bapak bisa periksa disini dulu, sambil bapak nanti menguruskan pemindahannya." sarannya.
Setelah ok, saya diperbolehkan untuk ngantri di dokter umum di Puskesmas tersebut.
Tidak lama kemudian saya diperiksa oleh dokter, dari hasil diagnosanya, benjolan yang ada di saya adalah Kista Ateroma, dan dirujuk ke Poli Bedah RS Al Islam.
Surat Rujukan tersebut di stempel oleh petugas Askes Puskesmas. Surat rujukan ini sangat penting sekali untuk pengurusan selanjutnya.
Prosedur menggunakan ASKES (3): RS Al Islam, Bandung
Sesampainya di RS AL ISLAM, dan sesudah tanya-tanya ke satpam, saya menuju ke Kassa A yang terletak paling depan. Di Kassa A, saya ambil no antrian untuk peserta Askes.
Di Kassa A, saya menyerahkan surat rujukan dan kartu peserta Askes. Disana kemudian dibuatkan dulu kartu berobat (karena saya pasien baru), bayar uang pendaftaran dan biaya Poli UGD.
Untuk Biaya Pendaftaran : Rp. 30.000
Untuk Biaya Rawat Jalan /Pemeriksaan Poli Bedah : Rp. 50.000, dipotong jaminan Askes Rp. 13.000 dan Diskon : Rp. 12.000,. Sehingga yang dibayarkan hanya 25.000
Biaya tersebut berlaku tanggal 10 oktober 2013.
Setelah itu diperiksa oleh dokter bedah umum yaitu dr. Warsita, SpB.
Hasil diagnosa dokter bedah, kurang lebih sama, dan tentu saja beliau menyarankan untuk diangkat. Ada dua pilihan, yaitu bius local atau bius total. Saya memilih bius total karena ngeri ngebayangin disuntik berkali-kali dan melihat dokter bekerja membedah dan mengangkat benjolan itu.
Konsekuensinya kalau bius total adalah biaya operasi yang lebih mahal, sekitar 6,4 juta sementara kalau bius lokal sekitar 1,5-2 juta. Walaupun bius total, saya mengambil ODS (one day surgery) jadi bisa pulang hari itu juga, tidak usah dirawat inap.
Dokter menuliskan surat rujukan untuk operasi, pengujian lab, rontgen dan EKG. Surat-surat itu, kemudian saya bawa ke petugas Askes untuk dibuatkan Surat Jaminan Perawatan (SJP).
SJP tersebut diberikan dulu ke Askes Centre untuk di approve, kemudian diserahkan ke masing-masing bagian di RS Al Islam, mulai dari laboratorium, radiologi dan petugas EKG.
Potongan ASKES tidak banyak, mungkin berkisar sekitar 30-50% dari biaya yang dikeluarkan untuk pengujian lab dan rontgen. Sementara untuk biaya operasi, Askes hanya menanggung Rp. 2 juta rupiah, sisanya kita rogoh dari kantong sendiri.
SJP untuk operasi dibawa ke bagian pendaftaran poli bedah (Kassa C). Disana kita diwajibkan untuk menyimpan dana 50% dari total dana 6,4 juta.
Selama pengurusan SJP dan bolak-balik Kassa A, kassa B, Kassa C, Bagian Lab, EKG, dan Rontgen. Semuanya berdasarkan arahan dari suster/perawat.
Setelah semua selesai, tinggal bagian yang paling menegangkan (setelah bagian pembayaran, hehe), yaitu Operasi dengan Bius Total.
Bersambung ke Pengalaman Operasi Kista dengan Bius Total di RS Al Islam
Tidak ada komentar: