Jumat, Juli 31, 2015

Family Trip ke Lombok (6D5N) Bagian 1: Benang Kelambu, Tanjung Aan, dan Kuta Lombok



Sudah lama sebenernya ingin bawa keluarga bawa ke tanah kelahiran saya Lombok!, alhamdulillah lebaran tahun ini akhirnya bisa terwujud. Setelah sempat mampir jalan-jalan di Bali (Baca: Family Trip ke Bali ), dari Bali kami langsung melanjutkan perjalanan ke Lombok.

Pesawat tiba di Bandara Selaparang Lombok menjelang magrib, jadinya tidak banyak yang kami lakukan selain langsung istirahat di rumah kakak saya yang kebetulan tinggal di Lombok Timur. Waktu tempuh dari Bandara ke Lombok Timur sekitar 30-45 menitan, dengan lalu lintas yang cukup lancar.

Tujuan 1 (jam 09:00-12:00) Air Terjun Benang Stokel dan Benang Kelambu

Aktivitas jalan-jalan dimulai di hari kedua, setelah sarapan dengan makanan khas lombok, mulai dari pelecing kangkung hingga sate bantingan. Kami siap-siap jalan-jalan, tujuan pertama adalah air terjun yang ada di Lombok Tengah. Air terjun tersebut dinamakan Benang Stokel dan Benang Kelambu.

Dari Kopang lombok tengah ke Benang Stokel bisa ditempuh sekitar 15-20 menitan. Daerah wisata tersebut sepertinya belum dikelola oleh pemerintah setempat, terlihat dari yang menjajakan karcis hingga yang menata lokasi adalah anak-anak muda karang taruna setempat. Tiket masuknya 10 ribu per orang, anak-anak dikenakan tarif lebih murah atau didiskon tergantung nego.

Benang Stokel dikenal sebagai pintu gerbang bagi yang ingin mendaki ke gunung Rinjani. Dari gerbang pintu masuk ke Air terjun (Benang) Stokel kita harus jalan kaki sekitar 500 meteran. Medan yang kita tempuh tidak terlalu berat, walaupun demikian kalau musim hujan kemungkinan jalanan becek. Sempet agak kaget saat ditengah jalan kami dihadang oleh dua ekor monyet, beruntung mereka cuek selama kita ga mengganggu.

Tiba di Benang Stokel, ada dua pilihan, bisa segera buka baju dan berenang menikmati air terjun dan kolam alami yang terbentuk disana. Atau sekedar foto-foto bermain air sekedarnya kemudian melanjutkan ke air terjun selanjutnya yaitu Benang Kelambu.

Benang Stokel, ada sekitar 2 air terjun dengan suhu air dingin yang segar 
Kami memilih opsi kedua, jadi kami melanjutkan perjalanan ke Benang Kelambu. Perjalanan menuju Benang Kelambu bisa ditempuh menggunakan jasa ojeg dari gerbang masuk seharga 25-30 ribu per orang, tetapi itu artinya melewatkan Benang Stokel.

Perjalanan dari Benang Stokel ke Benang Kelambu, lumayan menguras tenaga. Rutenya cocok bagi anda yang doyan hiking naik turun gunung. Jaraknya tidak terlalu jauh, kalau punya stamina yang prima tidak akan jadi masalah. Tapi bagi saya yang punya perut golongan Family Pack, lumayan lemes juga. Anak saya malah menganjurkan supaya saya bolak-balik biar badannya ga gemuk.. -_-!

Bagi yang naik Ojeg mungkin lumayan menghemat tenaga, tetapi ojeg hanya menghantarkan hingga gerbang saja, dari gerbang menuju air terjun Kelambu tetap harus melewati anak tangga yang lumayan tinggi.
Rute yang kita lalui untuk menuju Benang Kelambu dari Benang Stokel

Di ujung tanjakan
Perjalanan yang melelahkan menuju Benang Kelambu, bisa terbayar dengan pemandangan air terjun yang mirip kelambu (makanya disebut Benang Kelambu). Air terjun yang terbentuk akibat adanya patahan lempeng tanah sehingga air tanah berubah menjadi air terjun. Datang ke Benang Kelambu tidak afdol kalau tidak ikut menikmati kesegaran air terjun yang sejuk dan segar. Badan lemas karena perjalanan langsung segar setelah nyemplung menikmati air disana. Cuman saya ga bisa berlama-lama berenangnya, karena airnya sangat dingin!.
Air terjun benang Kelambu yang mengintip saat kita turun menapaki anak tangga
Salah satu air terjun di Benang kelambu

Kita juga bisa berenang di kolam penampungan air terjun
Sayang memang tidak ada perhatian dari pemerintah setempat untuk mengelolanya dengan lebih baik, terlihat yang mengelola adalah swadaya masyarakat setempat yang cukup kreatif mengelola secara tradisional. Fasilitas pendukungnya sangat kurang layak, padahal terlihat beberapa turis mancanegara sudah banyak yang berdatangan kesana. Tapi menurut penduduk sana, kalau dikelola pemerintah malah lebih parah, selain fasilitasnya tidak dirawat dengan baik, tarif masuknya malah jadi mahal.

Tujuan 2 (14.00 - 18.00): Pantai Tanjung Aan dan Pantai Kuta Lombok
Dari Benang Stokel, kami melanjutkan menuju tujuan yang kedua yaitu wisata pantai Tanjung Aan dan pantai Kuta Lombok. Sebelumnya mampir dulu untuk makan siang di bakso Kopang yang katanya salah satu bakso paling enak di Lombok. Dan ternyata memang enak hehe..

Pantai Tanjung Aan bersebelahan dengan pantai Kuta, untuk mencapai pantai Kuta kita melewati Bandara Internasional Lombok (BIL). Jadi kalau dari gerbang BIL untuk menuju pantai Kuta harus belok kiri. Perjalanan ke Kuta akan melewati kampung wisata suku Sasak. Di kampung wisata suku Sasak kita bisa melihat rumah asli suku Sasak.

Seperti layaknya kawasan wisata yang lain di Lombok, pantai Tanjung Aan masih sangat orisinil. Fasilitas gazebo dan toilet umum alakadarnya, tapi keindahan pantainya luar biasa. Pasir yang putih bersih dan air yang  jernih dan tenang tanpa ombak yang besar, bikin betah untuk nangkring disana.
Pantai Tanjung Aan dengan hamparan pasir putih dan laut biru yang jernih

Suasana pantai yang relatif sepi pengunjung

Anak-anak ga bisa lihat pantai langsung nyebur berenang
Dari Tanjung Aan, kami mampir dulu di pantai Kuta. Berbeda dengan Tanjung Aan yang memiliki pasir putih, di pantai Kuta Lombok pasirnya berupa butiran-butiran serpihan karang. Sebelum akhirnya kami pulang untuk istirahat dulu.

Kuta Lombok!

Bersebelahan dengan Tanjung Aan, tapi kondisi pantainya berbeda

Pesisir pantai penuh dengan kerikil batu karang.
Keesokan harinya kami bersiap-siap untuk mengunjungi objek wisata yang lebih seru di Family Trip ke Lombok (6D5N) Bagian 2: Gili Trawangan, Pantai Nipah dan Pantai Ampenan

Family trip to Bali (4D3N), Bagian 2

the Bali Zoo

Sambungan dari Family trip to Bali (4D3N), Bagian 1

Karena semalem kelelahan gara-gara terjebak macet, untuk hari ketiga kami sepakat untuk memulai hari agak lambat. Sempet bingung juga mau ngapain hari itu, tadinya mau ke Tanah Lot aja sore-sore terus pulang. Anak-anak pun rada lesu, pas bangun tidur ga langsung minta berenang seperti hari sebelumnya. Sarapan tetap di McD di deket hotel, sampe akhirnya pas lewat kita merhatiin beberapa iklan tujuan wisata di Bali.

Salah satu iklan yang bikin penasaran adalah Bali Zoo. Dulu sebenernya pernah kepikiran untuk pergi ke Bali Zoo karena ada penawaran voucher murah dari Groupon, cuman entah kenapa ga memutuskan untuk beli. Nyoba lihat website resminya www.bali-zoo.com ternyata tarif masuknya tidak terlalu mahal dan ada waterpark nya. Akhirnya diputuskan selepas sarapan kami langsung berangkat ke Bali Zoo.

Lokasi Bali Zoo ada di daerah Gianyar, berdekatan dengan Ubud. Jadi cukup jauh dari hotel, sekitar 1 jam perjalanan. Untungnya kalau pagi-pagi jalanan relatif lancar, walaupun di sekitar Legian jalanan padat seperti biasanya.

Tiba di pelataran Bali Zoo, kami ditanya oleh petugas apakah kami sudah pesan tiket atau belum, dan berapa jumlah orang yang ikut. Kemudian kami diberi tiket dan dituliskan jumlah orang sesuai dengan yang kami sebut. Masuk ke bagian pembelian tiket, terdapat sekitar 3 kassa tiket, 1 kassa khusus untuk yang sudah pesan duluan.
Di gerbang Bali-Zoo tersedia fasilitas foto booth juga
Harga tiket Bali Zoo dewasa 110 ribu/orang dan anak-anak 85 ribu/orang, sudah termasuk tiket waterzoo untuk anak-anak. Luas Bali Zoo cukup kecil sebenernya, tapi dengan pengaturan yang unik. Kita tinggal mengikuti jalan yang ada, maka kita bisa melihat semua atraksi yang ada. Koleksi binatangnya juga tidak terlalu banyak, tapi yang menarik adalah adanya atraksi pada jam-jam tertentu.
Koleksi hewan di Bali Zoo memang tidak banyak, tapi cukup unik
Pada atraksi tersebut, kita berkumpul ditempat yang asri, kemudian pembawa acara akan memanggil satu persatu hewan yang ada. Mulai dari landak, hingga berbagai jenis burung, cukup seru dan tidak membosankan. Ada juga tempat khusus bagi kita yang ingin langsung memberi makan pada hewan-hewan seperti rusa, kambing, dll.
Presentasi hewan penghuni Bali Zoo, cukup menghibur dan edukatif

Helloo..
Anak-anak diperbolehkan untuk langsung memberi makanan pada hewan


Puas keliling kebun binatang, anak-anak langsung nagih berenang di waterplay yang ada di Bali Zoo. Jangan membayangkan waterpark ini berukuran seperti snow bay, waterboom PIK, Jungle, dll, Taman air yang tersedia di Bali Zoo lebih tepat disebut taman air mini, karena memang ukurannya tidak terlalu besar dan hanya menyediakan satu jenis taman air. Taman air tersebut hanya untuk anak-anak, bagi orang dewasa tidak diperbolehkan berenang. Di sekeliling kolam tersedia gazebo yang bisa disewa seharga 50 ribu rupiah per 2 jam. Fasilitas lain, tersedia ruang ganti pakaian, loker, toko cinderamata, dan photo booth.

WaterZoo, kolamnya cuman satu, tapi cukup menghibur buat anak-anak.

Tampak samping
Dari Bali Zoo, perut sudah laper maksimal, nyari di google maps tidak ada rumah makan yang rekomended disekitar Bali Zoo. Sebenernya di Bali Zoo juga tersedia rumah makan, tetapi istri saya sepertinya tidak tertarik untuk makan disana. Akhirnya kami berangkat ke daerah Sanur untuk makan siang di rumah makan Mak Beng. Rumah makan yang sudah terkenal yang menyediakan sop ikan dengan sambelnya yang pedas. Di Mak Beng kami harus antri hingga satu jam lebih sebelum bisa dapet tempat duduk (bukan antri sih tepatnya, tapi rebutan tempat duduk). Dari Bali Zoo ke Mak Beng waktu tempuhnya 1 jam lebih.
pantai sanur, hanya sekitar 20 meter dari resto Mak Beng

Dari Mak Beng, kami berangkat menuju Tanah Lot. Agak harap-harap cemas pergi dari mak Beng jam 4 sore menuju tanah lot, karena khawatir keburu malem, mengingat perjalanan ke Tanah Lot dari Sanur cukup jauh (27 km) dan kondisi jalanan yang seringnya macet. Tetapi alhamdulillah, kami sampai juga di Tanah Lot untuk sekedar berfoto-foto.

Tanah Lot

Puas berfoto-foto, selepas magrib kami beranjak pulang kembali ke hotel. Dan pengalaman buruk bermacet-macetan di hari sebelumnya kembali terjadi, dari Tanah Lot kami berputar ke arah by pass ngurah rai dan masuk melalui kartika plaza untuk balik ke Hotel di kawasan pantai Kuta. Beberapa ruas jalan menuju kuta ditutup, problem solving khas di negri kita: "Jalanan macet, hayo kita tutup beberapa ruas jalan biar semua kendaraan numpuk semua di satu jalan saja", sigh!

Mengakhiri hari dengan lelah, nyampe hotel langsung pada tumbang tertidur pulas. Acara hari terakhir, kami hanya jalan-jalan di sekitar pantai Kuta, melihat-lihat mall beachwalk, istirahat di hotel sebentar, kemudian jam 12 siang kita cek out menuju bandara. Semula mau mampir makan dulu di warung Ayam Betutu dekat bandara ngurah rai, tapi ternyata jalanan macet. Jarak hotel ke bandara yang kurang dari 5 km itu kita tempuh hingga 1 jam lebih, jadinya ga berani mampir-mampir dulu, langsung ke Bandara, serah terima mobil rental, kemudian cek in.
Pintu masuk ke hotel dari Jalan Raya Kuta

Sebelah kiri adalah restoran Hotel Grand Istana Rama, persis seberang jalan adalah pantai Kuta
Pas cek in ke Lion Air, ternyata masih harus bayar airport tax sebesar 100 ribu per orang!, alesannya karena kami beli tiket sebelum april 2015. Kondisi Bandara Ngurah Rai memang tidak seperti dulu, sudah jauh lebih bagus, ga kalah dengan bandara-bandara internasional di luar negri. Memang sudah selayaknya begitu.
Suasana di bandara Ngurah Rai, sudah keren! 
Iseng-iseng di bandara, hehe
Perjalanan kami berlanjut ke Lombok!.
Siap untuk perjalanan selanjutnya
Itenary lengkap Family Trip kami di Bali (4 hari 3 malam)

Hari Pertama
- Perjalanan dari Bandung ke Bandara Ngurah Rai Bali
- Bandara ke Hotel Grand Istana Rama Kuta
- Acara bebas dan istirahat di hotel

Hari Kedua
- Acara bebas di Pantai Kuta dan Hotel
- Pantai Nusa Dua
- Pantai Pandawa
- Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana (GWK)
- Klapa Pecatu, Pantai Dreamland
- Jimbaran (keburu kemaleman)
- Discovery Mall, Kartika Plaza

Hari Ketiga
- Acara bebas di Pantai Kuta dan Hotel
- Bali Zoo, Gianyar
- Lunch di RM Mak Beng, Sanur
- Tanah Lot
(opsi di hari ketiga sebenernya bisa ke daerah Ubud yang lokasinya berdekatan dengan Bali Zoo)

Hari Keempat
- Acara bebas di Pantai Kuta dan Hotel
- Cek Out, menuju bandara dan perjalanan ke Lombok

Selasa, Juli 28, 2015

Family trip to Bali (4D3N), Bagian 1



Lebaran kali ini, saya dan keluarga sejak jauh-jauh hari sudah booking tiket pesawat untuk bisa berlebaran di Bali dan Lombok. Tiket udah ditangan sejak tahun lalu, yaitu tanggal 18 Juli hingga 21 juli ke Bali, kemudian dilanjutkan ke Lombok hingga tanggal 26 Juli 2015. Sempet was-was juga, karena ternyata ada bencana gunung Raung di Banyuwangi yang meletus dan sempat membuat beberapa bandara termasuk bandara Djuanda Surabaya dan Ngurah Rai Bali ditutup. Beruntung pada tanggal 18 Juli 2015, bandara-bandara tersebut sudah dibuka.

Berangkat dari Bandung, tanggal 18 Juli 2015 pakai Citilink, ternyata delayed, dari semula jam 3 sore, jadinya berangkat jam 18.15 magrib. Tiba di ngurah rai jam 9 malam, dijemput oleh pemilik rental mobil. Kami ngerental mobil New Avanza dengan harga relatif murah, yaitu 200 ribu per 24 jam, lepas kunci (artinya tidak pakai supir) dan tanpa bbm. Booking sewa dari tanggal 18 juli 2015 jam 18.00 sampai dengan tanggal 21 Juli jam 14.00, hanya kena biaya sewa 3x200 ribu yaitu 600 ribu.

Dari bandara Ngurah Rai, langsung menuju hotel Grand Istana Rama Kuta. Lokasi hotel dari Bandara sebenernya sangat dekat, kurang dari 5 KM, tetapi jalan menuju hotel sangat padat, akhirnya kami tiba di hotel hingga lebih dari satu jam. Hotel Grand Istana Rama lokasinya sangat strategis, persis depan pantai Kuta. Jadi dari Bandara menuju hotel, kami melewati Discovery Mall di jalan Kartika Chandra, Kuta Square, Grand Inna Kuta, Hotel Hard Rock dan persis setelah kawasan mall Beach Walk kita sudah sampai di hotel Grand Istana Rama.

Model bangunan di Grand Istana Rama menggunakan arsitektur khas Bali. Kamar hotel tersebar dalam bangunan-bangunan terpisah dalam bentuk pavilion. Kami menyewa kamar deluxe lantai dua (beda lantai beda harga), dan menuju lantai dua tidak tersedia Lift, jadi siap-siap untuk ngangkut barang. Kebetulan kami cuman bawa satu koper, tapi beratnya sekitar 30 kg, karena baju 4 orang untuk 8 hari dikumpulin di koper itu semua. Walhasil, petugas hotel yang ngangkut koper jadi ngos-ngosan, hehe.

Suasana di dalam kamar Deluxe Grand Istana Rama Hotel, Twin Bed yang cukup luas

Balkon, bila ingin sekedar nangkring depan kamar
Kamar deluxe yang kami sewa ukurannya cukup luas, dengan kasur twin bed, televisi lcd, kettle listrik pemasak air, balkon luas menghadap taman, kamar mandi dengan shower lengkap dengan toiletres nya.
Setiba di kamar hotel, anak-anak langsung berhamburan tidur di kasur, kelelahan gara-gara terkena macet selama perjalanan dari Bandara ke Hotel. Kombinasi delay pesawat dan macet, bikin hari pertama kami sukses dihabiskan di perjalanan.

Pagi-pagi, anak-anak sudah nagih pengen berenang ke pantai. Mereka sudah bikin planing untuk berenang di pantai dulu baru berenang di kolam renang, abis itu sarapan. Ya, kami pun ngikut acara mereka.
Jarak dari hotel ke pantai, sangat dekat, hanya tinggal nyebrang jalan sudah sampai di pantai Kuta.
Puas berenang di pantai dan kolam renang hotel, kami melanjutkan dengan sarapan.

Berenang pagi di pantai Kuta, persis di seberang hotel

Berhubung saya dulu ternyata belinya pakai tarif promo, jadinya tidak berikut sarapan paginya. Tapi jangan khawatir, sekitar 50 meter dari hotel banyak pilihan untuk makan, salah-satunya McDonald yang akhirnya jadi menu sarapan langganan kami selama di Bali.

Selepas dari berenang dan sarapan di sekitar Kuta, acara jalan-jalan di Bali hari ini akan mengitari Bali Selatan, mulai dari Pantai Nusa Dua. Berbekal Google Maps dan sedikit nyasar-nyasar, akhirnya kami tiba di pantai Nusa Dua. Masuk ke kawasan Nusa Dua tidak ditarik bayaran, tapi kami menyewa alas tikar seharga 20 ribu rupiah untuk bisa duduk-duduk di bawah pohon rindang menikmati suasana pantai yang ada.
Sewa tiker seharga 20 ribu, untuk sekedar duduk-duduk menikmati suasana pantai

Berhubung panas matahari sedang terik, anak-anak tidak diperbolehkan ibunya untuk berenang

Suasana pantai Nusa Dua

Dari pantai Nusa Dua, kami melanjutkan ke pantai Pandawa. Akses menuju masih belum bagus, tetapi sudah dalam proses pengerjaan, hingga diharapkan bisa segera selesai. Pemandangan pantai Pandawa memang sangat indah, dengan pasir putih dan laut yang biru muda. Cuman karena masih dalam proses pengerjaan dan panas matahari yang terik (kami tiba disana jam 2 siang), kami tidak sanggup berlama-lama disana.

Pantai Pandawa yang berpasir putih

pantai Pandawa

Perjalanan dilanjutkan ke GWK (taman budaya Garuda Wisnu Kencana), penasaran karena saya sudah berkali-kali ke Bali, tetapi belum pernah mampir ke GWK. GWK menyajikan tontonan budaya mulai dari tari hingga opera untuk menikmatinya kita mesti membeli tiket mulai dari 50 ribu per orang.

Menjelang sore, kami kelimpungan mencari tempat sholat. Mencari musholla di Bali memang gampang-gampang susah, seperti di GWK berdasarkan info katanya ada musholla, tetapi ternyata lokasinya ada di dalam, sehingga otomatis harus beli tiket kalau mau sholat. Gugling pakai Google Maps, ternyata ada musholla yang lokasinya tidak jauh dari kawasan taman budaya GWK sekitar 2 km. Jadi kami langsung keluar menuju jalan raya, dan mencari musholla berdasarkan petunjuk Google Maps.

Setelah selesai sholat, perjalanan dilanjutkan ke pantai Dreamland. Saya sendiri sudah dua kali ke pantai Dreamland, tetapi ternyata suasananya sudah agak berubah (atau mungkin ingatan saya yang lemah). Maksudnya mau ke Dreamland, malah masuk ke restaurant Klapa. Masuk ke restoran Klapa di Pecatu, wajib membeli voucher makanan 100 ribu rupiah per orang dewasa, anak-anak tidak perlu. Voucher tersebut bisa dipakai untuk membeli makanan dan minuman yang disajikan di Klapa.
Pemandangan Pantai Dreamland dari resto Klapa

Resto Klapa Dreamland yang didominasi turis mancanegara dari kawasan Asia

Di Klapa, kita bisa berenang di kolam renang Klapa dengan pemandangan yang indah. Anak-anak sebenernya ngotot pengen berenang di pantai, cuman berhubung kita males nyari jalan untuk turun ke pantai, juga kita udah terlanjur bayar, hehe. Puas berjemur di Klapa, kami tadinya mau melanjutkan ke Uluwatu, tapi berhubung jalan yang ditunjukan google maps ga jelas, akhirnya kami pulang saja dan berniat menikmati sunset di Jimbaran.

Sayang, jalanan macet dimana-mana. Menjelang Jimbaran, matahari sudah mulai gelap, padahal antrian menuju Jimbaran masih panjang. Jalan menuju hotel juga sama, akses masuk ke pantai kuta (tempat hotel) ditutup dimana-mana, jadinya harus muter melalui jalan kartika plaza. Jalanan padat merayap menuju hotel, hasilnya dari Dreamland ke Kuta harus kami tempuh sampai 4 jam!!. Untung anak-anak sudah terlatih bermacet-macet ria, jadinya mereka tidak komplen dan tertidur sepanjang jalan.

Bersambung ke Family trio to Bali (4D3N), Bagian 2
Diberdayakan oleh Blogger.